Makassar, Buletin-news.com || Rizal, warga Tamacina, Kab. Gowa, terjebak dalam keterpurukan setelah laporan dugaan penipuan dan penggelapan senilai Rp 100.000.000 yang dia sampaikan ke Polrestabes Makassar sejak 3 bulan silam tak kunjung menunjukkan keberlanjutan apapun. Laporan dengan nomor LI/1561/X/RES.1.24/2025/SATRESKRIM yang diajukan pada akhir September 2025 hanya terhenti di tempat, tanpa ada langkah penyidikan yang terasa nyata, membuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum semakin goyah (27/12).
Kronologis kejadian memulai pada Juli 2024, ketika Sahrul—yang kemudian diketahui sebagai Manager di kantor Menara Bosowa, Jl. Jendral Sudirman Makassar—menawarkan transaksi trading emas melalui Website Kontak Perkasa Futures. Sahrul bahkan berani mengunjungi rumah Rizal untuk meyakinkan kedua orang tuanya, dengan janji keuntungan fantastis Rp 1 juta per hari yang membuat Bapak Rizal memutuskan menjual tanah untuk mengumpulkan modal.
Pada tanggal 11 September 2025, Bapak Rizal menyerahkan uang tunai Rp 100 juta yang kemudian ditransfer Rizal ke rekening BNI milik PT. Kontrak Perkasa Futures. Sahrul selaku manager kemudian membuat akun trading untuk Rizal dengan saldo penuh Rp 100 juta, namun tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rizal, Sahrul secara sembunyi-sembunyi melakukan transaksi yang membuat akun tersebut malah merugi total—yang dianggap Rizal sebagai bukti penipuan dan penggelapan yang disengaja.
Ketidakberdayaan Rizal semakin memuncak ketika pelaku, Sahrul, tidak hanya tidak punya itikad baik untuk menanggapi klaim, malah berani mengajak dia berduel. Informasi terbaru menunjukkan Sahrul saat ini tinggal mengungsi di Bangkala, Kab. Jeneponto, namun keberadaan pelaku yang jelas ini ternyata tidak menjadi alasan bagi penyidik untuk segera bertindak.
Penyidik yang menangani kasus, Bripda R dari Polrestabes Makassar, diduga tidak menangani persoalan ini dengan serius. Alasan “kuwalahan” karena jarak antara Makassar dan Jeneponto yang tidak jauh pun tidak bisa diterima, apalagi informasi bahwa Sahrul sudah tidak bekerja di Menara Bosowa sejak enam bulan silam seharusnya menjadi petunjuk penting yang mudah diteliti.
Kasus ini menjadi cerminan yang menyakitkan tentang kurangnya akuntabilitas di lingkungan kepolisian. Bagaimana masyarakat bisa percaya pada lembaga yang seharusnya melindungi mereka, jika laporan yang jelas dan memiliki bukti dasar tak kunjung diproses dengan sungguh-sungguh? Turunnya kepercayaan publik terhadap kinerja kepolisian bukan tanpa alasan—melainkan akibat dari tindakan (atau ketidakberadaan tindakan) yang nyata seperti ini.
Rizal meminta sorotan publik dan dukungan media untuk menuntut penegakan hukum yang adil. Dia berharap dengan adanya perhatian dari masyarakat luas, kasus penipuan yang membuat keluarganya kehilangan harta benda utama ini akan segera ditindaklanjuti, dan pelaku serta penyidik yang tidak serius bisa dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku.







