News  

KEMENDUKBANGGA BERSAMA IPEKB GELAR SOSIALISASI PROGRAM BANGGA KENCANA, PERKUAT PERAN KADER DALAM EDUKASI GIZI DAN KETAHANAN KELUARGA

Teks foto : Sesi Foto Bersama

Sidoarjo – Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Program
Pembangunan Keluarga Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana),
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menyelenggarakan kegiatan Promosi Program Bangga Kencana melalui Momentum Bersama IPEKB di Kabupaten Sidoarjo, Rabu (24/12/2025).

Teks foto : Saat pemberian doorprize

Ketua Tim Kerja Humas dan lInformasi Publik Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Taufik Daryanto, S. Psi., M.Si., menyampaikan bahwa pemerintah telah resmi menetapkan Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2025 sebagai landasan hukum baru pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar ibu hamil, ibu menyusui, serta balita non-PAUD.
Dalam kebijakan tersebut, Kader Pendamping Keluarga (TPK) memegang peran strategis, tidak hanya sebagai penyalur makanan bergizi, tetapi juga sebagai edukator pola konsumsi sehat di tingkat keluarga. Tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah membiasakan anak mengonsumsi sayur dan makanan alami, serta mengurangi ketergantungan pada makanan instan dan olahan pabrik yang tinggi penyedap rasa namun rendah nilai gizi.

“Penyaluran makanan bergizi merupakan strategi jangka panjang untuk memutus rantai stunting yang sering dipicu oleh infeksi berulang dan kekurangan nutrisi pada masa awal kehidupan’ ujar Taufik. la menegaskan pentingnya menjaga standar higienitas dan keamanan pangan selama distribusi, serta menghindari segala bentuk pungutan liar. Sinkronisasi antara Dinas Kesehatan dan Badan Gizi Nasional (BGN) juga terus diperkuat agar distribusi makanan tetap aman dan tepat sasaran di wilayah yang luas.

Lebih lanjut disampaikan, Program Bangga Kencana kini mengalami transformasi di bawah naungan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluargą, dengan fokus utama pada peningkatan kualitas keluarga. Meski angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) di wilayah. Seperti Sidoarjo telah terkendali di angka 1,8, tantangan baru muncul dari aspek ekonomi dan kesehatan mental keluarga.

Permasalahan modern seperti judi online, pinjaman online (pinjol), serta gaya hidup konsumtif melalui layanan paylater dinilai menjadi ancaman serius terhadap ketahanan ekonomi dan keharmonisan rumah tangga.

Oleh karena itu, kader diharapkan aktif membina keluarga melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Selain pemenuhan gizi fisik, penguatan komunikasi keluarga dan literasi keuangan menjadi kunci mewujudkan keluarga sejahtera.

Sementara itu, dr. Inensa Khoirul M.H., selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, menegaskan bahwa kualitas generasi Indonesia Emas 2045 sangat ditentukan oleh pemenuhan gizi sejak remaja putri, ibu hamil, hingga anak usia dini.

Stunting, menurutnyą, bukan sekadar masalah tinggi badan, tetapi mencerminkan kegagalan tumbuh kembang dan kecerdasan akibat kekurangan gizi kronis serta infeksi berulang.
la mengajak para kader untuk aktif mengedukasi masyarakat agar remaja putri rutin mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) guna mencegah anemia, serta memastikan ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) memperoleh intervensi gizi yang tepat.

Narasumber juga menyoroti bahaya konsumsi makanan ultra-proses yang banyak dikonsumsi anak-anak, seperti makanan ringan instan dan sosis. Sebagai alternatif, masyarakat didorong menerapkan prinsip “Isi Piringku” yang menekankan keseimbangan karbohidrat, protein hewani, sayur, dan buah. Susu kini diposisikan sebagai salah satu sumber protein hewani, dengan anjuran memilih susu UHT murni tanpa pemanis tambahan untuk menjaga kesehatan pencernaan dan imunitas jangka panjang.

Sebagai langkah konkret, pemerintah terus mendorong pelaksanaan Program Makan
Bergizi Gratis (MBG) untuk memastikan anak sekolah dan kelompok rentan memperoleh asupan nutrisi berkualitas. Kader kesehatan iharapkan menjadi garda terdepan dalam mengawasi distribusi makanan bagi bayi di bawah dua tahun, ibu hamil , dan ibu menyusui.

Dengan pembiasaan pola makan alami yang rendah gula, garam, dan lemak, diharapkan rantai masalah gizi antar generasi dapat terputus, sehingga lahir generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi menuju Indonesia Emas 2045.(rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *