Jakarta – seputar Indonesia.co.id – Di negeri yang kaya akan sumber daya ini, ironi terasa begitu nyata. Hutan yang hijau, tambang yang melimpah, laut yang luas, dan tanah yang subur, semua anugerah Tuhan yang seharusnya dinikmati oleh seluruh rakyat justru menjadi ladang kekuasaan segelintir orang. Mereka yang duduk di kursi empuk, yang berseragam rapi dan berwajah polos serta ramah di depan kamera, seringkali menyembunyikan kerakusan di balik janji-janji pembangunan, Minggu (12/10/2025).
Kerakusan itu tidak selalu berteriak lantang. Ia bekerja diam-diam dalam tumpukan dokumen, dalam lobi ruang gelap, dalam perizinan yang terlalu mudah diteken. Seiring waktu, tanah rakyat berubah menjadi konsesi. Sungai-sungai mengering bukan karena kemarau, melainkan karena limbah industri. Hutan gundul bukan karena bencana alam, tetapi karena alat berat yang bekerja siang malam tanpa peduli ekosistem.
Kita menyaksikan bagaimana nelayan terusir dari lautnya karena reklamasi. Petani kehilangan lahannya atas nama “proyek strategis” yang lebih berpihak pada investor asing ketimbang anak bangsa. Di tengah semua ini, suara rakyat kerap dianggap gangguan. Aksi protes diberi label pembangkangan, keras kepala, dan segudang justifikasi negatif lainnya. Mereka yang bersuara diintimidasi, dianggap penghambat kemajuan.
Namun sesungguhnya, yang diperjuangkan bukan sekadar tanah, air, atau pohon. Ini tentang keadilan. Tentang hak setiap anak untuk tumbuh dengan udara bersih, tentang ibu yang tidak lagi takut kehilangan sawahnya, tentang bangsa yang tidak dikendalikan oleh kekuatan modal semata.
Melawan kerakusan bukan soal membenci mereka yang berkuasa. Ini adalah soal menagih tanggung jawab. Bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan alat untuk memperkaya diri. Bahwa sumber daya negara bukan milik pribadi, melainkan warisan generasi ke generasi.
Tulus melawan bukan berarti lemah. Justru karena cinta pada tanah air, kita memilih jalan yang tidak mudah, bersuara, menulis, mengedukasi, bahkan berdiri di garis depan jika perlu. Kita tahu, perubahan tidak datang dalam semalam. Tapi sejarah selalu berpihak pada mereka yang berjuang dengan hati bersih dan niat yang lurus.
Semoga kita tidak kehilangan harapan, meski nyaris kehilangan segalanya.
(Red)