Jakarta – seputar indonesia.co.id – Tren senjata pertahanan masa depan berfokus pada penggunaan Kecerdasan Buatan (AI), sistem otonom, dan senjata hipersonik untuk meningkatkan efektivitas dan presisi serangan, terutama dalam bentuk drone dan senjata laser. Selain itu, fokus juga bergeser pada keamanan siber dan konsep C4ISR (komando, kontrol, komunikasi, komputer, intelijen, pengawasan, dan pengintaian) untuk mengintegrasikan informasi di medan perang “, Ujar Pemerhati Teknologi Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (31/8/2025).
Hal tersebut ia sampaikan saat diskusi santai bersama rekan – rekannya. Menurutnya, tren senjata masa depan mencerminkan perkembangan teknologi militer yang semakin canggih dan fokus pada efisiensi, otomatisasi, serta pengurangan risiko terhadap personel. AI memungkinkan sistem senjata menjadi lebih cerdas, mampu belajar, dan melakukan analisis data besar untuk mendapatkan wawasan strategis. Sistem otonom, termasuk “mothership drone” dan “swarm drone,” dapat meningkatkan efektivitas taktik serangan dan pengumpulan intelijen secara signifikan.
Pada kesempatan tersebut iapun menjelaskan rudal dengan kecepatan lebih dari Mach 5 dan jalur terbang yang tidak terduga memberikan keunggulan besar karena kemampuannya bermanuver dan sulit dicegat. Begitupun dengan teknologi laser yang terus dikembangkan untuk menghancurkan atau menonaktifkan drone, rudal, dan pesawat terbang. Ada lagi Senjata Berbasis Elektromagnetik, dimana proyektil jarak jauh dan berkecepatan tinggi menjadi lebih efektif dengan teknologi senjata rel elektromagnetik.
Untuk itu saat ini terjadi perubahan paradigma pertahanan yang berfokus pada Informasi dan konektivitas, keamanan siber, efisiensi dan presisi. Medan perang masa depan akan lebih bergantung pada kekuatan informasi dan cara menghubungkan berbagai kekuatan militer melalui konsep C4ISR, bukan hanya pada kekuatan senjata tradisional. Begitupun dengan keberadaan perang siber berbasis AI yang semakin nyata mendorong kebutuhan akan kapabilitas teknis, doktrin yang kuat, dan tindakan proaktif dalam pertahanan digital. Tak lupa juga untuk lebih menekankan pada efisiensi, presisi tinggi dalam operasi, dan kemampuan untuk mengurangi kerusakan kolateral. Jadi senjata masa depan cenderung makin otonom, presisi tinggi, dan mengandalkan teknologi non-konvensional (laser, AI, hipersonik). Perang masa depan bisa terjadi tanpa keterlibatan langsung manusia di medan tempur.
Selanjutnya Dede juga menjelaskan Senjata Energi Terarah (Directed Energy Weapons), misalnya Laser, microwave, dan senjata partikel yang memiliki kelebihan tidak menggunakan amunisi konvensional, serangan secepat cahaya, dan biaya per tembakan sangat rendah. Contohnya U.S. Navy’s Laser Weapon System (LaWS), dan Iron Beam (Israel). Ada juga Senjata Otonom dan Robot Tempur, misalnya Drone pembunuh (kamikaze drones), dan robot darat bersenjata. Kecerdasan Buatan (AI) dipakai untuk identifikasi target dan pengambilan keputusan.
Kemudian ada Drone Tempur dan Swarm Drones, dimana terjadi penggunaan drone dalam jumlah besar (swarm) yang bisa bekerja sama secara terkoordinasi. Fungsinya pengintaian, serangan presisi, dan gangguan elektronik. Negara pelopornya AS, China, Turki, dan Israel. Termasuk Integrasi AI dalam Sistem Senjata yang digunakan untuk deteksi target, optimalisasi rute serangan dan prediksi taktik musuh. Contoh penerapan sistemnya, AI di jet tempur generasi ke-6 seperti Tempest (UK) dan NGAD (AS).
Lebih lanjut iapun menguraikan senjata hipersonik yang dapat bergerak lebih dari Mach 5. Jenisnya, Glide Vehicle (HGV), dan Cruise Missile hipersonik. Negara terdepan adalah Rusia (Avangard), China (DF-ZF), AS (masih dalam pengembangan). Kelebihannya sulit dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan saat ini. Ada lagi senjata Bioteknologi dan Genetika dimana memiliki kemampuan untuk melakukan penyebaran penyakit yang sudah dimodifikasi. Pengembangannya memang masih rahasia dan sangat terbatas karena terikat ketentuan hukum internasional.
Terakhir senjata Elektromagnetik & EMP (Electromagnetic Pulse) yang dapat digunakan untuk melumpuhkan sistem elektronik musuh tanpa membunuh manusia langsung, dan bisa menjatuhkan pesawat, mematikan radar, atau merusak komunikasi. Disinilah pentingnya membangun sistem Pertahanan Aktif, yaitu sistem yang dapat mencegat roket, peluru, atau drone secara otomatis. Contohnya Trophy (Israel) untuk tank dan Iron Dome untuk serangan rudal.
“ Itulah sedikit gambaran tren perkembangan senjata pertahanan di masa depan yang bisa disampaikan pada kesempatan ini. Seiring dengan waktu tentu, jenis dan modelnya akan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam konteks pertahanan, disinilah pentingnya pengemban fungsi perencanaan dapat memprediksi kebutuhan jenis senjata di masa depan. Lengkap dengan paket perawatannya agar senjata yang dibeli memiliki utilitas yang tinggi “, pungkas Dede mengakhiri obrolan.
(Red)