Breaking News
Sambut HUT Ke-77, Polwan Polres Metro Bekasi Kota Gelar Bakti Religi Bersihkan Masjid SINERGITAS TNI–POLRI LAKSANAKAN PATROLI DAN KUNJUNGAN WARGA DI KELURAHAN CIKETINGUDIK Polsek Bekasi Selatan Kawal Program Makan Siang Bergizi Gratis Untuk Ribuan Pelajar dan Warga Bupati Mojokerto Gus Barra, Menerima Penghargaan PENAIS AWARD 2025 Ketua Umum AKPERSI Hadiri Munas APDESI Merah Putih Bersama Mendes PDT Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Keluarga Pers Indonesia (AKPERSI), Rino Triono SH, menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) APDESI Merah Putih yang digelar di Aula Makarti Kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Jakarta. Acara strategis ini turut dihadiri oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Yandri Susanto, yang menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa serta percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia. Selain itu, hadir pula Ketua Umum DPP APDESI, ( asosiasi pemerintah desa Indonesia) Arifin Abdul Majid, yang memimpin langsung jalannya Munas APDESI Merah Putih. Forum ini menjadi wadah konsolidasi bagi pemerintah desa dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat desa sekaligus memperkuat sinergi dengan pemerintah pusat. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum AKPERSI, Rino Triono SH, menyatakan bahwa undangan ke forum nasional ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas organisasi desa untuk mempercepat pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. “Kami di AKPERSI berkomitmen untuk terus mendorong program-program penguatan desa agar sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, khususnya dalam meningkatkan kapasitas perangkat desa dan memastikan pembangunan yang benar-benar dirasakan masyarakat,” ujar Rino Triono usai acara. Munas APDESI Merah Putih ini juga menjadi ruang diskusi penting antara pemerintah desa, organisasi profesi, dan kementerian terkait dalam menyusun langkah konkret pembangunan desa, mulai dari penguatan ekonomi desa, tata kelola pemerintahan, hingga percepatan pelayanan publik di wilayah pedesaan.

Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA, Terima Penghargaan Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Prabowo Subianto

Keterangan Foto : Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah. Menerima penghargaan Bintang Mahaputera Nararya, dari Presiden Prabowo.

MOJOKERTO ~ Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, secara resmi menganugerahkan Bintang Mahaputera Nararya kepada Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah.

Penghargaan bergengsi ini disampaikan pada 25 Agustus 2025 di Istana Negara sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi dan kiprah beliau dalam bidang pendidikan dan pengembangan pesantren.

Makna dan Pentingnya Bintang Mahaputera Nararya ;
Bintang Mahaputera Nararya adalah tanda kehormatan Bintang Mahaputera kelas V. Kelas ini merupakan kelas terakhir dari Bintang Mahaputera. Sebagai kelas dari Bintang Mahaputera, bintang ini diberikan kepada mereka yang secara luar biasa menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penerimaan Bintang Mahaputera Nararya oleh Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA mencerminkan pengakuan pemerintah terhadap kontribusi luar biasa beliau dalam memajukan pendidikan Islam dan pesantren di Indonesia. Semoga penghargaan ini menjadi inspirasi bagi para pendidik dan tokoh masyarakat dalam memperjuangkan kemajuan pendidikan nasional.

 

Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA atau biasa di sapa Kiai Asep adalah sosok Kiai yang kharismatik. Kiai Asep adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah baik di Surabaya maupun pesantren Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto. Beliau merupakan putra terakhir yang lahir dari salah satu pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama yang beralamat di Leuwimunding Jawa Barat. Kiai Asep lahir pasangan Kiai Abdul Chalim dan istri ketiga Kiai Abdul Chalim yakni Nyai Qana’ah asal Plered Cirebon. Kiai Asep lahir di Leuwimunding Jawa Barat, pada tanggal 16 Juli 1955.

Pada tahun 1980, Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA melepas masa lajangnya dengan menikahi Nyai Hj. Fadilah. Buah dari pernikahannya, beliau mendapat karunia sembilan anak, putra-putri beliau diantaranya, M. Albarra, Imadatussaadah, Fatimatuzzahroh, Muhammad Ilyas, Hanatussaadah, Muhammad Habiburrahman, Muhammadul Azmi Al-Mutawakkil Alallah, Siti Juwairiyah, dan Muhammad Abdul Chalim Sayyid Dhuha.

PENDIDIKAN
Pada awal tahun 1974, Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA berkelana ke berbagai kota di Jawa untuk mencari pengalaman dan menimba ilmu. Di antara kota yang menjadi saksi atas perjuangan hidupnya adalah Jember, Banyuwangi, Lumajang, Bandung, Jakarta, Banten, Palembang dan terakhir di Surabaya. Banyak yang Kiai Asep lakukan dalam perjalanan itu, bahkan di Surabaya Kiai Asep pernah menjadi kuli bangunan.

Kiai Asep juga pernah mengenyam pendidikan di beberapa pondok pesantren, diantaranya: Pondok Pesantren Cipasung Jawa Barat, Pondok Pesantren Sono Sidoarjo, Pondok Pesantren Siwalanpanji Sidoarjo, Pondok Pesantren Gempeng Bangil, Pondok Pesantren Darul Hadits Malang dan yang terakhir Pondok Pesantren Sidosermo Surabaya.

Kiai Asep Saifuddin Chalim besar di Pondok Pesantren Al-Khozini Sidoarjo setelah ayahandanya meninggal dunia. Meskipun Kiai Asep adalah putra dari salah seorang Kiai terkemuka pada masa itu, tetapi penampilan Kiai Asep tetaplah sederhana. Akan tetapi, kepandaiannya sudah terlihat sejak beliau menduduki kelas 1 MI (Madrasah Ibtidaiyah) saat beliau masih mengenyam pendidikan di desa Leuwimunding Jawa Barat, bahkan beliau dikenal dengan santri yang cerdas, gemar membaca kitab-kitab salaf yang akhirnya menjadikan Kiai Asep sebagai salah satu santri kesayangan KH. Abbas, salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Al Khozini Sidoarjo.

Ketika menduduki bangku SMP beliau mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Sidoarjo. Lulus SMP Kiai Asep melanjutkan pendidikan di bangku SMA namun hanya sampai kelas 2 SMA saja karena ayahandanya wafat, tetapi Kiai Asep masih tetap melanjutkan pendidikan nya di Pondok Pesantren Al-Khozini.

Setelah mendapatkan surat keterangan lulus dari Pondok Pesantren Al-Khozini, Kiai Asep melanjutkan pendidikannya di IAIN Surabaya pada tahun 1975 mengambil jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab. Tidak banyak yang tau kegiatan apa saja yang Kiai Asep lakukan pada masa kuliah dulu atau bahkan organisasi apa saja yang pernah beliau ikuti. Belum lulus sarjananya, beliau mendaftar kuliah program D3 Bahasa Inggris di IKIP Surabaya dengan ijazah persamaan SMA.

Kemudian mengajar di SMA Negeri 2 Lamongan selama 7 tahun. Kemudian Kiai Asep melanjutkan studinya di IKIP Malang. Di waktu yang lain Kiai Asep telah menyelesaikan S2 pada tahun 1997 di Unisma Malang dan S3 pada tahun 2004 di UNMER Malang.

MENDIRIKAN PESANTREN
Nasib baik mulai menyapa Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA setelah mendirikan biro perjalanan haji dan umroh (KBIH) Yayasan Amanatul Ummah. Beliaulah sendiri yang mencari calon-calon Jemaah haji untuk dibimbing. Dengan uang hasil kerja itu, Kiai Asep mulai bisa membangun Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Kiai Asep tidak menginginkan bantuan dana dari pemerintah dalam mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah.

Kiai Asep selalu optimis dalam mewujudkan impiannya, yakni membesarkan pondok pesantren Amanatul Ummah. Bersama istrinya, sang Kiai selalu optimis. Impiannya adalah menjadikan Kembang Belor dengan pondok pesantren Amanatul Ummah menjadi kawasan pendidikan yang makin diperhitungkan di Tanah Air. Bahkan banyak yang siap mendukung keinginan Kiai Asep.

Sekarang UAC (Institut KH Abdul Chalim) sudah berdiri dengan megah dan kokoh. Institut ini berdiri pada tahun 2015, Universitas KH. Abdul Chalim (UAC) merupakan cikal bakal universitas yang terlahir dari cita-cita luhur demi terwujudnya perguruan tinggi berskala internasional sebagaimana Universitas Al-Azhar, Jamiát Al-Azhar As-Syarif, Kairo Mesir, universitas swasta Harvard University Massachusetts Amerika Serikat, Universitas Paris Sorbonne Perancis, dan di Indonesia ada Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur.

Beliau juga mampu menghadirkan mahasiwa dari berbagai negara diantaranya: Afghanistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Kiai Asep juga bertekad bahwa menginginkan kembalinya zaman keemasan Islam seperti pada pemerintahan Harun ar Rasyid dan khalifah Al Makmun pada dinasti Abbasiyah. Pada masa itu Islam sedang ada pada masa Golden Age, itu yang menjadikan pertanda kemajuan ilmu pengetahuan di dunia.

Islam telah mewarnai peradaban dan jembatan era kesuburan pengetahuan yang tumbuh di zaman Yunani menuju zaman Eropa. Hingga saat ini beliau selalu menekankan dalam pidatonya untuk para santriwan-santriwatinya untuk tidak menyerah dalam mewujudkan cita-citanya agar Islam dapat kembali pada zaman keemasan Islam.

PERANAN DI NAHDALATUL ULAMA (NU)
Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA merupakan keturunan dari seorang Kiai. Hal ini dapat terlihat dari ayahandanya Kiai Abdul Chalim yang banyak disinggung dan dihubungkan dengan berdirinya NU. Karena Kiai Abdul Chalim adalah seorang tokoh nasionalis yang banyak membantu para pendiri NU yakni KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Chasbullah.

Kiai Asep juga bukan merupakan sosok pemimpin yang otoriter. Yang hanya mementingkan kepentigan pribadi dari pada kelompok dan hanya mementingkan keputusan pribadi. Namun beliau adalah sosok pemimpin yang demokratis yang mementingkan tujuan bersama agar tercapainya tujuan secara maksimal.

KARIER
Bagi banyak orang sosok Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA adalah sosok Kiai yang gigih dan ulet. Setiap hari beliau harus bolak-balik Surabaya-Pacet demi memberikan ilmu kepada santri-santrinya. Setelah subuh jadwal rutinnya adalah mengajar pengajian pagi di masjid pondok di Pacet. Setelah itu, Kiai Asep langsung menuju Surabaya untuk berbagai macam kepentingan. Mulai dari rapat staf administrasi, rapat guru, sampai menerima berbagai tamu dan menghadiri berbagai undangan. Di malam harinya, Kiai Asep kembali lagi ke Pacet dan sesekali mengajar pengajian malam (muadalah).

Beliau pernah menjadi anggota pengurus PC NU Suarabaya, ketua MUI Surabaya, anggota DPRD Surabaya dari partai PKB. Kemudian beliau mundur dari jabatannya setelah 4 bulan karena beliau menganggap lebih cocok dalam pendidikan. Statusnya kemudian naik setelah menjadi dosen di IAIN Surabaya.

Sampai saat ini Kiai Asep Saifuddin Chalim menjabat sebagai rektor di institut Al-Khozini Buduran. Beliau dilantik untuk menjadi ketua PERGUNU (Persatuan Guru-guru Nahdlatul Ulama) Jawa Timur pada Ahad, 30 Oktober 2016. Sampai saat ini banyak kegiatan yang dilakukan oleh Kiai Asep Saifuddin Chalim untuk memajukan PERGUNU (Persatuan Guru-guru Nahdlatul Ulama). Bahkan mereka yang dilantik sebagai anggota PERGUNU (Persatuan Guru-guru Nahdlatul Ulama) haruslah bangga karena dapat memajukan bangsa dalam dunia pendidikan.

KARYA-KARYA
Karya-Karya Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA di antaranya:

Buku Membumikan Aswaja merupakan buku pertama yang terbit dan menjadi pegangan bagi para guru-guru NU. Buku ini khusus untuk guru-guru NU dan guru-guru yang lain. Di dalam buku ini menjelaskan mengenai hukum-hukum fiqh dan lain-lain.

Buku Aswaja di Tengah Aliran-aliran juga diterbitkan dan dijadikan pegangan oleh para guru-guru NU dan menjadi sumber rujukan bagi disiplin keilmuan Islam, seperti: Musthalah Hadits, Ushul Fiqh, Ilmu Balaghah dan lain sebagainya. Ada juga buku karangan Kiai Asep yang menjadi pegangan bagi para santriwan-santriwati.

Buku Petunjuk Keberhasilan digunakan untuk istighosah di pagi hari pada setiap apel pagi, yang diselenggarakan setiap pagi untuk mengawali belajar di Madrasah atau Sekolah pada Lembaga Pendidikan Unggulan Amanatul Ummah. (har)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *