Mahasiswa KKN UNSIKA Luncurkan Inovasi “EKTARA” Light Trap Tenaga Surya untuk Tangkal Hama Wereng Di Desa Karangreja

kabupaten Bekasiseputar indonesia.co.id – Inovasi teknologi ramah lingkungan kembali hadir dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) tahun 2025. Melalui sebuah workshop bertajuk Teknologi Tepat Guna, para mahasiswa memperkenalkan alat hasil karya mereka: EKTARA (Elektronik Tani Karangreja), sebuah light trap bertenaga surya yang dirancang untuk membantu petani menghadapi ancaman serius hama wereng di wilayah pertanian Desa Karangreja, Kecamatan Pebayuran.

Acara workshop ini dihadiri oleh berbagai unsur penting, mulai dari Kepala Desa Karangreja, perangkat desa, Babinsa, 8 kelompok tani, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pebayuran, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), hingga petani lokal yang menjadi ujung tombak sektor pertanian desa.

Dalam sambutannya, Surya, Koordinator KKN UNSIKA, mengungkapkan bahwa kehadiran EKTARA merupakan bentuk kontribusi nyata mahasiswa terhadap persoalan lapangan yang dihadapi petani.

“Alat ini kami rancang agar dapat dimanfaatkan secara praktis oleh petani untuk mendeteksi dan mengendalikan hama wereng dengan cara yang lebih aman dan berkelanjutan,” ujar Surya.

Respons positif datang dari berbagai pihak. Sumarda, perwakilan kelompok tani Desa Karangreja, menyampaikan apresiasi mendalam atas lahirnya inovasi tersebut.

“Alhamdulillah, KKN kali ini betul-betul bermanfaat. EKTARA ini menjadi solusi awal bagi kami untuk mendeteksi hama. Semoga alat ini bisa diterapkan di seluruh lahan persawahan Desa Karangreja,” katanya.

Hal senada disampaikan Ibu Endah Lestari, Koordinator PPL Kecamatan Pebayuran. Ia menilai kehadiran EKTARA sangat penting dalam mengedukasi petani terkait manajemen pengendalian hama secara dini.

“Saya sangat mengapresiasi semangat mahasiswa UNSIKA. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kepedulian terhadap petani. EKTARA bisa menjadi indikator penting dalam penentuan waktu penyemprotan yang efektif,” jelasnya.

Pihak POPT dari BPP Kecamatan Pebayuran pun menegaskan peran strategis light trap dalam sistem pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

“Jangan salah kaprah, alat ini bukan alat pengusir, tapi pendeteksi. Fungsinya untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk pengendalian hama agar tidak sembarangan menyemprot,” ungkap petugas POPT dalam sesi materi.

Dalam workshop ini, mahasiswa juga memaparkan detail teknis alat EKTARA, mulai dari komponen penyusun, prinsip kerja, hingga proses perakitan. Diskusi interaktif terjadi saat sesi tanya jawab, ketika para peserta, terutama para petani, menunjukkan antusiasme tinggi dengan menggali lebih dalam tentang biaya, efektivitas, dan daya tahan alat tersebut.

EKTARA sendiri bekerja dengan memanfaatkan cahaya sebagai daya tarik bagi serangga hama pada malam hari. Serangga yang tertarik akan terperangkap dalam wadah yang telah disiapkan. Metode ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang bisa merusak ekosistem sawah.

Sebagai penutup, para mahasiswa berharap EKTARA tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi petani untuk menerapkan teknologi tepat guna dalam kegiatan bertani.

“Semoga EKTARA bukan hanya digunakan di Karangreja, tapi bisa menjadi model pengembangan inovasi pertanian di desa-desa lainnya,” tutup Surya.

(Ling)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *