Laporan Kegiatan Jama’ah Haji Indonesia Langsung Dari Tanah Suci Mekkah (15) Senin, 10 Juli 2023 23.50 WIB

Ziarah Napak Tilas Sejarah Perjuangan Rasulullah Muhammad SAW Dan Adam A.S.

Mekkah – Berangkat dari depan hotel Jamaah Haji Indonesia Nomor 513 Hotel Rawdat Al-Tawhed Rawdha Mekkah jam 08.00 WAS. Menggunakan Bus, kami bersama rombongan kloter SUB 85 sebanyak sekitar 50 orang melakukan ziarah napak tilas sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW dan Adam A.S. Yaitu destinasi Jabal Tsur, Jabal Nur/Goa Hira seterusnya menuju Masjidilharam melakukan umrah sunnah thawaf, sa’i dan tahallul.

 

Di tan’im tersebut kami melepas baju semuanya, selanjutnya menggunakan kain ihram, shalat sunnah dua rakat dan niat umrah dengan mengucap LABBAIKA UMRATAN.

Sebelumnya kami ziarah dulu ke Jabal Tsur, Jabal Nur dan Jabal Rahmah. Berikut apa yang kami dapatkat di ketiga destinasi wisata tapak tilas religi para Rusulullah tersebut di atas.

Jabal Tsur

Jabal Tsur adalah sebuah bukit yang memiliki nilai sejarah dan religius yang penting dalam Islam. Terletak di kota Mekah, Arab Saudi, bukit ini menjadi tempat perlindungan bagi Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq saat mereka melarikan diri dari Mekah dalam peristiwa hijrah pada tahun 622 Masehi. Di samping itu, Jabal Tsur juga menjadi salah satu tujuan ziarah bagi umat Islam yang berkunjung ke Mekah.

Jabal Tsur juga dikenal dengan sebutan Gunung Tsur, karena ketinggiannya mencapai 760 meter di atas permukaan laut. Bukit ini terdiri dari batu-batu besar dan banyak dikelilingi oleh padang pasir. Di puncak bukit terdapat masjid kecil yang dikenal sebagai Masjid Jabal Tsur, tempat di mana para jamaah haji dan umrah melakukan ibadah dan ziarah. Selain itu, di sekitar bukit terdapat banyak pohon-pohon kurma yang menjadi sumber pangan bagi penduduk setempat.

Bukit Jabal Tsur memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Di sinilah Nabi Muhammad dan Abu Bakar ash-Shiddiq mengalami pengalaman yang sangat berarti dalam sejarah Islam, yaitu ketika mereka bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari saat melarikan diri dari Mekah. Keberadaan Jabal Tsur menjadi bukti sejarah yang menunjukkan kesungguhan dan keberanian Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah tekanan dan ancaman dari pihak musuh. Oleh karena itu, bagi umat Islam, Jabal Tsur menjadi sebuah tempat yang sangat sakral dan dihormati.

Gunung atau Bukit Tsur terkait erat dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah Letaknya di tengah-tengah Makkah, sekitar 4 Km di selatan Masjidil Haram. Bukit Tsur berada di kawasan Kudai. Untuk naik ke puncaknya diperlukan waktu sekitar satu setengah jam. Di bukit ini terdapat gua, tingginya sekitar 1,25 meter dengan luas 3,5 meter persegi. Ada dua lubang masuk di sebelah barat dan timur. Lubang di sebelah barat merupakan pintu masuk yang digunakan SAW bersembunyi. Gua Tsur terletak di puncak Gunung Tsur. Di gua itulah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar Shiddieq bersembunyi selama tiga hari dari kejaran kaum kafir Quraisy ketika hijrah ke Madinah Al-Munawwarah.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersembunyi di dalam gua Tsur dari kejaran kaum Quraisy yang ingin membunuh beliau. Disertai oleh sahabat Abu Bakar Shiddiq, Rasulullah SAW bersembunyi di gua Tsur hingga tiga hari lamanya. Abu Bakar sendiri sempat cemas, karena hanya sejengkal dari dalam gua kaki Rasulullah bisa terlihat di luar.

Berkat pertolongan Allah, di mulut gua bersarang laba-laba menutupinya dengan jaring- jaring tebal. Sementara di sebelah mulut gua bersarang pula merpati dan bertelur di sana. Seperti disebutkan dalam al-Qur’an Surat At-Taubat ayat 40.

Kaum Quraisy yang mengepung Rasulullah SAW akhirnya menyerah karena menganggap tidak mungkin gua itu dimasuki orang untuk bersembunyi. Rasulullah dan Abu Bakar kemudian keluar dari gua Tsur, lalu naik onta yang dibawakan oleh Abdullah bin Uraiqit atas pesan Abu Bakar. Abdullah sendiri ketika itu belum lagi memeluk Islam.

Dari Bukit Tsur, Rasulullah SAW ditemani Abu Bakar dan Amir bin Fuhairah, seorang penggembala kambing milik Abu Bakar, berangkat menunju Madinah dengan Abdullah bin Uraiqit sebagai penunjuk jalan. Peristiwa ini menandai awal hijrah Nabi Muhamamad SAW dari Makkah Al Mukarraomah ke Madinah Al Munawwaroh.

Jabal Nur

Jabal Nur merupakan gunung yang membentang di kawasan Hejazi, Mekkah. Gunung ini mendapat sebutan Gunung Cahaya.

Salah satu area bersejarah di Jabal Nur ialah Gua Hira, yang menjadi tempat persinggahan Nabi Muhammad SAW saat menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril berupa lima ayat surat Al-Alaq.

Di sekitar gunung hanya ada padang pasir. Tidak ada pepohonan apalagi sumber air. Jabal Nur dan Gua Hira menjadi tempat Nabi Muhammad SAW beribadah dan merenungkan wahyu-wahyu dan amalannya.

Setiap harinya lebih dari 5.000 umat Muslim melakukan pendakian napak tilas di gunung setinggi 640 meter ini.

Sesampainya di puncak, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Kakbah dari ketinggian.

Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum di Jabal Nur, Mekkah pada satu ksempatan , mencatat setidaknya ada dua hikmah dan makna yang bisa didapat dengan berziarah ke Jabal Nur, yang pertama pelajaran spiritual.

“Untuk mendapatkan ketenangan dan pencerahan dan memberikan salam damai kepada orang lain itu membutuhkan satu kesucian diri, kesucian hati, dan perjuangan. Pada masa Rasul tentu lebih berat medannya naik ke tempat ini,” katanya.

Demi mencapai puncak Jabal Nur memang diperlukan perjuangan yang relatif berat karena medan yang terjal dan menanjak. Meskipun telah dibangun anak tangga namun tetap diperlukan fisik yang prima untuk bisa sampai di puncaknya. Setidaknya perlu waktu hampir dua jam dari kaki Jabal Nur hingga bisa sampai ke puncaknya. Jadi ada kontemplasi membersihkan diri.

Kedua ada pesan kemanusiaan juga. “ Bagaimana Rasulullah dari puncak Jabal Nur melihat ke bawah itu kota Mekkah. Kita bisa membayangkan Rasulullah melihat masyarakatnya di Mekkah. Waktu itu digambarkan masyarakat jahiliyah dan perlu mendapatkan pencerahan. Rasulullah memiliki misi mencerahkan dengan ajaran wahyu yang diterimanya,” tambahnya.

Ia juga menekankan peran besar istri Rasul, yakni Siti Khadijah, yang mendukung penyebaran ajaran Islam yang damai.

“Jamaah haji setelah melakukan puncak haji di Armuzna, sebagian di antara mereka menyengajakan ziarah ke tempat ini. Semoga bisa meneladani pelajaran spiritual dan kemanusiaan yang dialami Rasulullah,” sebut Oman.

Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum mengenal kepada Allah.

Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kuat.

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji bukan hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya).

Gunung ini terletak sekitar 6 kilometer sebelah utara Masjidil Haram. Sekitar lima meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu pertamanya.

Sedangkan tinggi puncak Jabal Nur kira-kira dua ratus meter, di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit dengan ketinggian sekitar dua meter. Di bagian ujung kanan gua terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.

Bentuk Gua Hira agak memanjang, terletak di belakang 2 batu raksasa yang sangat dalam dan sempit, tidak dapat dilalui lebih dari satu orang. Di dalam gua hanya boleh memuatkan kira-kira 5 orang saja, dan sekadar cukup untuk tidur 3 orang secara berdampingan. Tinggi gua hanya setinggi orang berdiri, atau sekitar 2 meter.

Seandainya tidak ada bangunan yang tinggi di Masjidil-Haram, dari mulut gua bahagian belakang dapat dilihat Ka’bah (Masjidil Haram). Meskipun dalam syarat berhaji tidak dimestikan untuk pergi ke Gua Hira, namun pada musim haji banyak jemaah haji mengambil kesempatan untuk naik ke Jabal Nur, menyaksikan Gua Hira. Di kawasan gunung ini tidak terdapat sedikit tanaman sekalipun. Gersang. Hanya terdiri dari batu-batu besar. Mendaki puncak Gua Hira memerlukan masa sekurang-kurangnya 2 jam. Keadaan di puncaknya sangat sunyi dan senyap.

Dengan kondisi seperti itu, Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Muhammad untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Muhammad telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempatnya ‘mencari’ Tuhan.

Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Di gua ini menjelang usia 40, Rasulullah yang selalu bertafakur, beribadah menurut agama Ibrahim selama berjam-jam bahkan berhari-hari hanya dengan membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Beliau pulang hanya untuk mengambil bekalan dan kembali lagi ke gua. Sepanjang bulan Ramadhan digunakan beliau untuk beribadah. Pada malam 17 Ramadhan 41H atau 6 Ogos 610, beliau melihat “cahaya” terang benderang memenuhi ruangan gua. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul dihadapan beliau menyampaikan wahyu Allah SWT, yang pertama, Al ‘Alaq (1-5).

Setelah itu dengan perasaan takut dan gelisah, beliau bergegas pulang dan berkata pada Khadijah : “Selimutkanlah Aku, Selimutkanlah Aku.” Khadijah menyelimuti dan mendampingi beliau hingga hilang rasa takutnya. Setelah mendengar kisah yang sangat ganjil dialami suaminya di Gua Hira, Khadijah segera menemui Waraqah bin Naufal, anak saudara Khadijah, seorang pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Waraqah pandai menulis kitab Injil dengan bahasa Ibrani. Melalui dia, Muhammad SAW tahu bawa dirinya akan diangkat menjadi Nabi dan Rasul sebagaimana Nabi Musa, menerima wahyu Allah SWT melalui Jibril.

Hari itu, Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama. “Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah adalah bukit kecil yang terletak di sebelah timur Padang Arafah. Bagi jamaah haji mengunjungi Jabal Rahmah ibarat pelengkap berhaji.

Sebuah hadis Rasulullah SAW menerangkan, Jabal Rahmah adalah tempat mustajab dan makbul bagi orang yang memanjatkan doa layaknya Padang Arafah. Tempat bertemunya Nabi Adam dan Istrinya Siti Hawa setelah berpisah selama 200 Tahun karena diturunkan oleh Allah dari surga ke bumi ditempat yang berbeda. Ditempat itu dibangun monument berupa tugu bercat putih. Dari sinilah sejarah kehidupan manusia dimulai.

Di Jabal Rahmah, kebanyakan jamaah haji yang mempunyai anak berdoa agar buah hatinya segera mendapat jodoh. Tak jarang pula mereka yang masih berstatus lajang memanjatkan doa yang sama.

Adapun bagi jamaah haji yang sudah memiliki pasangan hidup biasanya berdoa agar Allah SWT memberikan kelanggengan rumah tangga mereka sampai maut memisahkan. Semua doa merujuk pada peristiwa Adam dan Hawa yang terekam dalam Alquran.

Saat hari biasa, perjalanan ke Jabal Rahmah bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari Kota Makkah. Untuk sampai ke puncak Jabal Rahmah, pengunjung harus menapaki anak tangga sejumlah 168 buah.

Bila di luar musim haji, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak Jabal Rahmah hanya lima menit. Namun, saat puncak musim haji, waktu yang ditempuh bisa mencapai 15 menit sampai 20 menit. Bagi jamaah haji yang tergolong sepuh, sebaiknya saat mendaki tidak sendirian karena kondisi tangga agak terjal.

Jamaah haji biasanya memanfaatkan waktu ke Jabal Rahmah saat menjalankan puncak haji di Padang Arafah, sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Biasanya, jamaah ke Jabal Rahmah antara waktu Zuhur sampai Maghrib. Meski termasuk wilayah Padang Arafah, kondisi Jabal Rahmah tidak setandus yang dibayangkan.

Hamparan tanah luas Jabal Rahmah dipenuhi dengan tanaman yang dinamai pohon Soekarno. Nama Soekarno merujuk pada jasa presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Proklamator kemerdekaan Indonesia tersebut merupakan penyumbang bibit tanaman yang tersebar di Padang Arafah, termasuk Jabal Rahmah. Soekarno memberikan sumbangan ratusan bibit tanaman kepada Pemerintah Ke rajaan Arab Saudi saat berkunjung ke Tanah Suci.

Kendati memiliki sejarah utama bagi kehidupan manusia di muka bumi, pemeliharaan dan perawatan Jabal Rahmah tampak jauh dari serius. Di bukit mustajab itu banyak terdapat grafiti liar berupa coretan-coretan spidol dan cat semprot beraneka warna.
Kebanyakan tulisan ter susun dari huruf-huruf hijaiyah atau bahasa Arab.

Tugu monumen Jabal Rahmah yang bercat dasar putih tak lolos dari coretan-coretan liar pengunjung nakal. Di sekitar tugu juga kerap terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan barang-barang, seperti tasbih, peci haji, siwak, dan parfum khas tanah Arab.
Ziarah yang kami lakukan tersebut di atas, mulai pagi hari sampai sore hari pada Ahad, 9 Juli 2023.

Laporan Jamaah Haji Indonesia dari Mekkah.
Kontributor seputarindonesia.co id. H MACHRADJI MACHFUD.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *